Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

ISTILAH PAKEM WAYANG

Gambar
ISTILAH PAKEM WAYANG Pengertian Pakem Wayang Dalam dunia pedalangan wayang purwa, yang disebut "pakem" ialah cerita "asli" yang kemudian dipandang sebagai "babon" atau "induk" semua lakon atau cerita. Dengan kata lain "pakem" lalu berperanan sebagai semacam tempat penyimpanan lakon (repertoar),sekaligus berfungsi sebagai semacam waduk atau petandoan (reservoar) dari mana lakon-lakon terbit mengalir. Sebagian oran berpendapat bahwa dunia pedalangan wayang Jawa bersumber pada (atau bahkan boleh dikata) usaha penceritaan ulang atau pembayangan kembali tentang kisah bertumimbalnya hidup,yaitu proses perulangan sekaligus perkembanganya,baik hidup "jagad gedhe",atau dunia semesta,maupun "jagad cilik",atau dunia manusia. Dalam pandangan pewayangan Jawa,sekaligus Jawa pewayangan,tentang tumimbalnya dua "jagad" itu melalui perjalanan yang sama: lahir tua mati. "Lahir" ialah penjadian atau peremajaan "

KISAH LEGENDA GATOT KACA

Gambar
Gatotkaca (Dewanagari:  घटोत्कच ; Ghaṭotkacha)  Adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata, putra Bimasena (Bima) atau Werkodara dari keluarga Pandawa. Ibunya bernama Hidimbi (Arimbi), berasal dari bangsa rakshasa. Gatotkaca dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra, ia menewaskan banyak sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan Karna.Dalam bahasa Sansakerta, nama Ghatotkacha secara harfiah bermakna "memiliki kepala seperti kendi". Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu ghaṭ(tt)am yang berarti "buli-buli" atau "kendi", dan utkacha yang berarti "kepala". Nama ini diberikan kepadanya karena sewaktu lahir kepalanya mirip dengan buli buli atau kendi.     Menurut versi pewayangan Jawa, Tetuka diasuh di kahyangan oleh Narada yang saat itu sedang digempur oleh Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket. Patih tersebut diutus rajanya, Kalapracona untuk melamar bidadaribernama Batari Supraba. Tetuka dihadapkan

Banjaranjali

Gambar
  BANJARANJALI adalah putra Prabu Hiranyakasipu, raja pertama negara Alengka dengan perrmaisuri Dewi Nariti, putri Prabu Nasa raja negara Banapura. Ia mempunyai dua orang saudara kandung, masing-masing bernama ; Dewi Kasipi dan Dewi Kistapi. Banjaranjali menjadi raja negara Alengka menggantikan ayahnya, Prabu Hiranyakasipu yang tewas bersama Prabu Hiranyawreka, raja negara Kasi dalam peperangan di negara Medanggili melawan Maharaja Suman (penjelmaan Sanghyang Wisnyu) raja negara Medangpura. Banjaranjali yang bermaksud menunut balas, dapat dikalahkan dan takluk kepada Maharaja Sunda (penjelmaan Sanghyang Brahma}. Ia kemudian diambil menantu Maharaja Sunda dikawinkan dengan Dewi Bremani, putri Sanghyang Brahma dengan permaisuri Dewi Rarasyati. Demikian pula kedua adiknya, Dewi Kasipi dan Dewi Kistapi diambil menantu oleh Sanghyang Brahma. Dewi Kasipi dikawinkan dengan Bathara Brahmanatiyasa dan Dewi Kistapi dinikahkan dengan Bathara Brahmanayana.  Dari perkawinannya dengan Dewi Bremani,

Ramayana Anoman Obong

Gambar
Dewi Shinta wis kelakon didhusta dening Prabu Rahwana/Dasamuka menyang kraton Alengkadiraja. Dewi Shinta dipapanake ing taman Kaputren. Ing taman, Dewi Shinta ora doyan mangan lan ora donyan ngombe. Awake kuru aking, rambute dawa nggimbal ora digelung amarga wis suwe ora adus. Kabeh mau ditindakake supaya Rahwana wegah nyedhaki dheweke. Kanggo njaga keslametane, menyang ngendi wae Dewi Shinta tansah nggawa cudrik/keris cilik. Samangsa-mangsa Prabu Rahwana teka arep ngrudapeksa, dheweke banjur ngancam arep nganyut tuwuh utawa bunuh diri. Ing taman amung Dewi Trijatha sing bisa ngarih-arih lan bujuk Dewi Shinta supaya gelem mangan. Dewi Trijatha kui anake Gunawan Wibisana adhine Prabu Dasamuka dadi isih ponakane Prabu Dasamuka. Dewi Trijatha kui rupane ayu lan polah tingkahe ora kasar kaya buta Alengka. Polah tingkahe lan solah bawane ora beda karo putri keraton liyane. Upama ora ana Trijatha, Dewi Shinta mesthi wis mati suduk sarira, Trijatha kasil ngarih-arih Dewi Shinta supaya ora lam

Kisah Prabu Arjunasasrabahu

Gambar
Terlahir dengan nama Arjunawijaya, putra tunggal Prabu Kartawijaya ini, setelah menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja negara Maespati dikenal dengan Prabu Harjunasasrabahu. Gelar ini diberikan karena ketika ia bertiwikrama, wujudnya berubah menjadi brahala sewu – raksasa sebesar bukit, berkepala, seratus, bertangan seribu yang keseluruh tangannya memegang berbagai macam senjata sakti.Tiwikrama menjadi brahala-sewu dilakukan oleh Prabu Arjuna Wijaya tatkala berperang melawan Bambang Sumantri, duta kepercayaannya dalam meminang putri Magada Dewi Citrawati.Bambang Sumantri yang dengan kesaktiannya telah berhasil mengalahkan lebih dan seribu raja dari berbagai negara yang ingin memperebutkan Dewi Citrawati, hanya bersedia menyerahkan Dewi Citrawati apabila Prabu Arjuna Wijaya berhasil mengalahkan dirinya. Ini sesuai dengan tekad Bambang Sumantri sejak meninggalkan pertapaan Ardisekar, di mana ia hanya akan mengabdi pada raja yang akan mengalahkan kesaktiannya. Arjuna Wijaya adalah